Ekspresi individu ini lebih dikenal sebagai improvisasi yang merupakan bagian dari suatu komposisi jazz. Menariknya, Improvisasi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pemain sehingga besar kemungkinan tiap kondisi membuahkan improvisasi yang berbeda-beda. Dari waktu ke waktu merek dagang ini dipertahankan oleh tiap generasi musisi beraliran jazz. Dengan berkembangnya waktu eksplorasi musik jazz semakin kaya. Ambil contoh komposisi Wayne Shorter, Footprint; pada saat Wayne memainkan saxophone-nya untuk melantunkan komposisi ini dapat diterjemahkan berbeda oleh musisi generasi berikutnya yaitu Scott Henderson dengan gitar elektriknya. Bukan cuma improvisasinya saja yang digarap beda oleh Scott, tetapi juga pengolahan notasi dasarnya.
Eksplorasi yang tidak pernah berhenti ini membuat musik jazz menjadi musik yang selalu menarik untuk disimak. Tidak benar jika ada pendapat yang mengatakan musik jazz adalah musik yang membosankan karena berkesan old fashion. Musik jazz, justru, merupakan musik yang tidak monoton dan memiliki siklus hidup yang panjang sekali. Mungkin dalam hal siklus hidup musik jazz berada pada urutan kedua setelah musik klasik. Artinya, musik jazz dapat juga dikatakan juga sebagai musik yang semi-klasik.
Seringkali jazz diartikan musik yang borjuis musik kaum the haves. Tentu pendapat ini patut ditentang. Kalau kita kembali ke akar musik jazz yang berasal dari Work Song para budak kulit hitam - yang notabene bukan kaum borjuis - perkembangannya pun tidak secara sengaja diarakan ke musik kalangan atas. Memang pada jaman Swing, musik jazz dijadikan pengiring dansa kaum ekonomi atas, namun selanjutnya musik jazz berkembang dari klab-klab kecil di pelosok NewYork, Chicago atau New Orleans. Dari klab-klab kumuh ini musik jazz semakin menguatkan bentuknya sebagai musik yang memiliki sisi hiburan sekaligus sekaligus memiliki sisi apresiasi. Sekedar meluruskan kesalahpahaman yang terjadi, musik jazz bukan musiknya kaum ekonomi atas, tetapi lebih tepat dikatakan musiknya kaum intelektual tinggi. Perlu digaris bawahi, kaum intelektual tinggi tidak sebentuk dan sebangun dengan kaum ekonomi atas. Bukannya banyak kaum intelektual yang hidup di garis ekonomi pas-pasan?
Fenomena lain dari musik jazz adalah keterbukaannya dengan jenis musik lain. tidak ada kata haram untuk memadukan musik jazz dengan jenis musik lain. Contoh yang nyata adalah di awal tahun 1960an ketika jazz dengan mudahnya berpadu dengan musik bossanova (samba, red) asal Brazil. Atau, ketika musik Art Rock sedang menjamur di tahun 1970-an, jazz dengan luwesnya meramu jazz dan rock menjadi fusion. Rasa ingin tahu musisi jazz, relatif lebih besar dibandingkan dengan musisi dari jenis musik lain. Musik jazz dengan intens menggali musik yang mereka minati. Hal ini banyak terjadi dengan eksplorasi musik etnis, seperti etnis India, Afrika, Amerika Latin atau Asia Timur. Kemudahan musik jazz untuk berpadu dengan musik lain membuat musik jazz mengalami beberapa kali peremajaan yang membuat musik jazz tetap bertahan.
Chico Hindarto, Pengamat musik jazz/Produser Chico & Ira Productions
0 Komentar:
Posting Komentar