Sutradara: Stephen Daldry
Skenario: David Hare
Berdasarkan novel karya Bernhard Schlink Pemain: Kate Winslet, Ralph Fiennes
Skenario: David Hare
Berdasarkan novel karya Bernhard Schlink Pemain: Kate Winslet, Ralph Fiennes
Di bawah tumpah ruah hujan yang deras, seorang lelaki remaja yang ringkih duduk terisak-isak di tepi jalan. Seorang perempuan dewasa yang cantik segera saja datang dan bak seorang induk burung, dia melebarkan sayapnya, menyelimuti tubuh remaja berusia 15 tahun itu. Anak lelaki yang putih, pucat, penikmat karya sastra yang luar biasa, sementara hormon tubuhnya tengah bergelembung berkelojotan itu bernama Michael Berg (David Kross). Wanita dewasa itu adalah Hanna Schmitz (Kate Winslet).
Mereka kemudian terlibat dalam sebuah hubungan yang begitu rahasia, gelap, dan ”satu arah”. Tentu saja Hanna yang menentukan, kapan mereka bercinta; kapan Michael membacakan novel-novel sastra dan untuk kemudian bercinta lagi; kapan mereka mandi bersama. Hanna tak pernah memberi tahu namanya; dan Michael menganggap jam-jam bersama dengan Hanna adalah sebuah kebutuhan seluruh jiwa raganya.
Hingga akhirnya suatu hari, Hanna mendapat promosi, sebuah pekerjaan yang akan ”memaksa”-nya untuk berurusan dengan membaca dan menulis. Hanna menghilang, Michael melalui duka lara yang panjang.
Film yang dimulai dengan masa kini, di mana Michael Berg diperankan oleh Ralph Fiennes, menggunakan teknis kilas balik masa lalu sebagai plot utama. Perlahan, kita mempelajari mengapa Hanna menolak untuk membaca sendiri karya-karya sastra yang mengelus telinganya sebelum dia bercinta dengan remaja berkulit seperti bayi itu. Suatu adegan yang aneh, sensualitas yang mengundang simpati; karena di balik sosok keras Hanna, dia menyimpan rahasia yang tak pernah kita ketahui hingga akhir cerita.
Hanya setelah Michael Berg menjadi mahasiswa hukum yang bertugas menyaksikan pengadilan para penjahat kriminal yang terlibat dalam Holocaust, Michael bertemu kembali dengan Hanna. Dia dituduh sebagai salah satu penjaga kamp konsentrasi warga Yahudi. Tapi ini bukanlah kejutan utama dari seluruh film. Bagaimana Kate Winslet yang kini sudah paruh baya itu menjawab pertanyaan hakim dengan penuh keyakinan: ”Ini pekerjaan saya, itu yang harus saya lakukan.” Dan dia tidak berbohong. Ruang pengadilan itu sunyi bukan karena mereka merasa diri lebih suci daripada sang terdakwa, tetapi justru mereka terperangah menyadari betapa sosok ini tampak lurus dan teguh menjalankan tugasnya dengan patuh dan militan, tanpa pertimbangan apa pun kecuali: kerja.
Kate Winslet yang memerankan seorang wanita dari usia 40-an hingga akhir hayatnya yang tua renta itu, tak bisa tidak, memang layak mendapatkan gelar aktris terbaik Academy Awards tahun ini, bahkan melampaui Merryl Streep dalam film Doubt yang juga mendapat nominasi dalam kategori yang sama. David Kross sebagai Michael di masa remaja juga menampilkan seni peran yang menyentuh. Film ini sebetulnya bukan film tentang Holocaust, tetapi tentang coming of age seorang Michael Berg di masa gelap Eropa. Sekali lagi, sutradara Stephen Daldry, setelah film The Hours yang berhasil merebut pesona tanpa sisa, kini berhasil menjadi penutur yang ulung; jauh lebih ulung dari pemilik cerita asli, sang novelis Bernhard Schlink. Tapi harus dimaklumi, dunia tengah mabuk oleh Slumdog Millionaire, yang sudah terduga akan merebut pusat panggung.
(Dari Majalah TEMPO Edisi 02/XXXVIII 02 Maret 2009)
Mereka kemudian terlibat dalam sebuah hubungan yang begitu rahasia, gelap, dan ”satu arah”. Tentu saja Hanna yang menentukan, kapan mereka bercinta; kapan Michael membacakan novel-novel sastra dan untuk kemudian bercinta lagi; kapan mereka mandi bersama. Hanna tak pernah memberi tahu namanya; dan Michael menganggap jam-jam bersama dengan Hanna adalah sebuah kebutuhan seluruh jiwa raganya.
Hingga akhirnya suatu hari, Hanna mendapat promosi, sebuah pekerjaan yang akan ”memaksa”-nya untuk berurusan dengan membaca dan menulis. Hanna menghilang, Michael melalui duka lara yang panjang.
Film yang dimulai dengan masa kini, di mana Michael Berg diperankan oleh Ralph Fiennes, menggunakan teknis kilas balik masa lalu sebagai plot utama. Perlahan, kita mempelajari mengapa Hanna menolak untuk membaca sendiri karya-karya sastra yang mengelus telinganya sebelum dia bercinta dengan remaja berkulit seperti bayi itu. Suatu adegan yang aneh, sensualitas yang mengundang simpati; karena di balik sosok keras Hanna, dia menyimpan rahasia yang tak pernah kita ketahui hingga akhir cerita.
Hanya setelah Michael Berg menjadi mahasiswa hukum yang bertugas menyaksikan pengadilan para penjahat kriminal yang terlibat dalam Holocaust, Michael bertemu kembali dengan Hanna. Dia dituduh sebagai salah satu penjaga kamp konsentrasi warga Yahudi. Tapi ini bukanlah kejutan utama dari seluruh film. Bagaimana Kate Winslet yang kini sudah paruh baya itu menjawab pertanyaan hakim dengan penuh keyakinan: ”Ini pekerjaan saya, itu yang harus saya lakukan.” Dan dia tidak berbohong. Ruang pengadilan itu sunyi bukan karena mereka merasa diri lebih suci daripada sang terdakwa, tetapi justru mereka terperangah menyadari betapa sosok ini tampak lurus dan teguh menjalankan tugasnya dengan patuh dan militan, tanpa pertimbangan apa pun kecuali: kerja.
Kate Winslet yang memerankan seorang wanita dari usia 40-an hingga akhir hayatnya yang tua renta itu, tak bisa tidak, memang layak mendapatkan gelar aktris terbaik Academy Awards tahun ini, bahkan melampaui Merryl Streep dalam film Doubt yang juga mendapat nominasi dalam kategori yang sama. David Kross sebagai Michael di masa remaja juga menampilkan seni peran yang menyentuh. Film ini sebetulnya bukan film tentang Holocaust, tetapi tentang coming of age seorang Michael Berg di masa gelap Eropa. Sekali lagi, sutradara Stephen Daldry, setelah film The Hours yang berhasil merebut pesona tanpa sisa, kini berhasil menjadi penutur yang ulung; jauh lebih ulung dari pemilik cerita asli, sang novelis Bernhard Schlink. Tapi harus dimaklumi, dunia tengah mabuk oleh Slumdog Millionaire, yang sudah terduga akan merebut pusat panggung.
(Dari Majalah TEMPO Edisi 02/XXXVIII 02 Maret 2009)
1 Komentar:
Hwalah.....satu lagi yang patut ditonton setelah Titanic dan Neverland yang memikat dari Kate Winslet!
Thx Jass atas referensinya!
Posting Komentar